Posts

Showing posts from 2017

Ia

Dalam malam kelam Ia berdiam. Termenung bingung Ia merenung. Sesak, terisak Ia tak dapat bergerak. Perih, lirih Ia hanya merintih. Apa sebabnya, tak tahu Ia. Untuk apa begitu, pun tak tahu Ia. Yang Ia tahu, Ia butuh sesuatu. Untuk membagikan dan melampiaskan Hal yang sulit dihilangkan dan dilupakan. Ia adalah Aku, butuh Dia adalah Kamu.

di Antara

Jika kau tanya, mana yang aku pilih Antara Bandung atau Jogja Jujur saja akan kupilih keduanya Jika diharuskan memilih satu Akan ku jawab, 'di antara lah, pilihanku kawan.' Keduanya sama-sama berkesan Keduanya sama-sama penuh cerita Keduanya sama-sama romantis Keduanya punya tempat sama besar di hati ini, Kawan. Bandung dengan sentuhannya yang dingin bantu ku tumbuh Jogja dengan pelukannya yang hangat bantu ku berkembang Dan kalau harus memilih Sangat harus memilih Pada titik antara nan krusial ini Titik tanpa ada kata mengulang Titik tanpa ada kata balik Titik tanpa ada kata kembali Aku akan memilih Jogja yang temaram dengan pelukannya yang menghangatkan, Agar aku bercermin merenung dan memaknai Untuk tahu rasanya kembali Tahu rasanya pulang Tahu rasanya jauh Tahu rasanya rindu Tahu rasanya penyesalan Tahu rasanya sendiri Tahu rasanya kebersamaan Tahu rasanya sayang Karena aku masih memiliki sejuta alasan untuk tetap kembali pada Bandung yang dingin

Dua Anak

Ada seorang anak. Bapaknya belum mati. Ibunya belum mati. Hidup berkecukupan. Tapi tak cukup cinta dan iman. Ada seorang anak. Bapaknya telah mati. Ibunya hampir mati. Hidup tak bercukupan. Tapi cukup cinta dan iman. Keduanya tampak bahagia, diluar. Karena memang seperti itulah takdir.
real eyes realise real lies. for real.

Kisah Si Malang

Aku... Aku memang bukan siapamu. Hanyalah pengamat kisahmu, aku. Kisahmu dengan dia dan dirinya. Kisahmu dengan temanmu. Kisahmu dengan temanku, aku. Kisahmu dengan si kucing dan burung. Yang senantiasa mengelilingi mu. Seperti aku yang juga senantiasa terbang di dekat mu. Kau menyayangi kucing itu. Dia ada terlebih dahulu. Aku tahu. Kau mengasihi burung itu. Kicaunya menenangkanmu. Aku tahu. Sang kucing kemudian pergi berkelana. Meninggalkan kau yang mulai merana. Bahkan kicau sang burung tak dapat bangkitkan asa. Aku tahu. Kucing itu, dia pergi entah kemana. Namun disisimu sang burung tetap setia. Berusaha menghiburmu. Aku tahu. Lambat laun kau mulai melupakan kepergiannya. Namun kau tidak dapat lupa akan rasanya. Aku tahu. Rasa sayangmu semakin bertambah pada si burung. Tak hanya mengasihi, kau kini menyayangi. Kau jatuh cinta padanya, pada kegigihannya. Yang selalu ada disisimu. Saat kau mulai majenun. Berpikir semua tinggalkanmu. Aku tahu. Aku tahu k
Gerutu itu lagi. Geraman itu lagi. Pekak isak teriak penuhi udara. Duk. Duk. Fisiknya lelah, hatinya resah, batinnya gelisah. Hampir mencapai batasannya. Bahkan 7 alam seakan berkonspirasi hingga membuatnya konstipasi. Susah mengeluarkan apa yang ingin Ia keluarkan, utarakan. Emosinya tertahan, tak bisa diluapkan. Tercekat dia. Tersedu dia. Tlah habis pikirnya. Meminta maaf dan ampun pun entah keberapa kalinya, seakan tak guna. Rasa itu semakin menjalar. Ia butuh melampiaskannya. Buk. Buk. Sosok dicermin kemudian tersenyum. Ia pikir dirinya mulai majenun, sampai melihat halu macam itu. Mendadak hangat Ia merasa. Lalu perasaan lega muncul. Seiring saga dan pedih yang timbul. dari Bandung 19 derajat -Rah
Alunan lagu alam malam merambah kalbu, mengetuk syahdu batin yang mulai lelah ini. Seolah tak mengapa, aku terus bertingkah layaknya robot. Tak hiraukan rasa sakit dan pedih yang kian menyebar. Tersedu aku termenung dalam diam tatkala kau bertanya, "Apa kabar hatimu?" Bagaikan mesin yang mulai berkarat dan butuh pelumas pada roda-roda giginya, otakku tertatih bekerja dan memproses perintah. Berusaha menjawab tanya dari mu. Haruskah ku katakan yang sesungguhnya? Atau katakan apa yang ku kira kau ingin dengar? Hening menyapa. Terdiam kau pun aku. Hingga kekeh aku memecah sunyi. "Hatiku baik," jawabku. Senyum tergambar dibalik isak batin. Pikiranku tak henti mengorbit. Penuh akan spekulasi. Akan seperti apa tanggapanmu nanti? Jika ku nyatakan hati ini terlampau lelah? Jika ku bilang hati ini terlalu sakit hingga tak mampu menyaring serta menghalau racun iri dan dengki? Hening. Lagi. Penuh sangsi kau menatap, berusaha menembus hati. "Kau yakin?&q

Teknik Industri UGM ― Surviving the 1st Year

Image
It's been a while fellas! Jadi disini ku mau sharing apa aja yang terjadi selama setahun ini, secara singkat:') karena terlalu banyak memori yang ga akan cukup kalau diceritain secara tertulis disini:') ehe. "Semakin kamu bertambah tua, waktu akan terasa berlalu semakin cepat sampai-sampai hal yang terjadi tahun lalu seperti baru saja terjadi kemarin." ―anonymous Dan kutipan tersebut bisa dibilang benar, menurutku. Bener-bener ga kerasa. Seakan-akan baru dapat kabar diterima di Teknik Industri UGM kemarin lusa paginya, terus sorenya dapat tugas PPSMB, terus malamnya divonis harus operasi meniscus, lalu esoknya udah ngekost sendiri di Jogja dan memulai perkuliahan di UGM lengkap dengan tongkat dan decker. Dan sekarang 41 sks sudah ditempuh, Dharma Bhakti Kampus pengganti absennya diri ini di PPSMB juga sudah dilaksanakan, kaki yang dulu dipakai duduk bersimpuh aja ga bisa sekarang udah bisa dipakai lari-lari buat main futsal. Jadi, gimana selama setahun